*Prof. Dr.-Ing. Fahmi Amhar
Prinsip hidupnya: jangan bawa-bawa agama ke ruang publik. Dia adalah anak korban brokenhome dari perselingkuhan kekuasaan negara dan kekuasaan agama. (*andaikata negara/umara dan agama/ulama ini “nikah” baik-baik, tentu tak begini jadinya *).
Karena itu tak heran Sekulerisme kemudian memiliki lima anak haram.
Anak pertama bernama Liberalisme
Prinsip hidupnya: biarkan semua bebas bicara, bebas berperilaku, bebas berkeyakinan/beragama dan bebas dalam memilih cara memiliki sesuatu, selama tidak mengganggu kebebasan orang lain. Karena itu,Liberalisme tidak menghalangi orang untuk memeluk agama – apapun agamanya, bahkan mereka yang membuat agama barupun harus dihormati. Belakangan Liberalisme juga melahirkan anak haram: yaituPermisivisme.
Anak kedua bernama Pluralisme
Karena itu, Pluralisme memandang, setiap kelompok harus terwakili dan didengar suaranya dalam membuat kebijakan publik, termasuk kelompok pekerja seks komersial, kelompok pengedar narkoba, ataupun kelompok keluarga terpidana korupsi.
Paham ini mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga. Belakangan Pluralisme juga melahirkan anak haram: yaitu Sinkretisme agama.
Anak ketiga bernama Demokrasi
Demikian juga kalau mayoritas rakyat memandang legalisasi profesi pekerja seks atau legalisasi profesi rentenir sebagai hal yang lebih bermanfaat, maka akan keluar pula hukum yang memayunginya. Satu-satunya yang dianggap benar adalah keinginan rakyat, hari ini, di negeri ini. Karena itu Demokrasi kadang menelurkan keputusan yang kontradiktif, yaitu secara langsung atau tak langsung bisa menghancurkan masa depannya sendiri, atau rakyat / lingkungan negeri lain. Tak heran belakangan Demokrasi melahirkan anak-anak haram: yaitu “kepentingan nasional” (Nasionalisme) – dan Chauvinisme.
Anak keempat bernama Kapitalisme
Anak keempat ini cukup dominan dalam keluarga, karena dialah penopang utama kakak-kakaknya. Dia royal memberi “uang jajan” atau “uang lelah” ke aktivis pro Liberalisme, juga rajin pasang iklan ke media massa pro Pluralisme, dan tentu saja memberi “modal” untuk membesarkan partai, membiayainya dalam kampanye, melobby para politisi pesaing dan kaum intelektual, hingga “money politik” untuk calon pemilihnya dalam pemilu.
Semua tentu saja dipandang sebagai investasi, tidak gratis. Kapitalisme ini akan meminta pengembalian“plus bunga” dalam bentuk peraturan perundangan yang akan menjamin bahwa mereka semakin kaya, misalnya sistem ribawi, sistem uang fiat, sistem pasar saham sekunder, sistem hak konsesi atas sumber daya alam, sistem monopoli kekayaan intelektual, dan sebagainya.
Kapitalisme memiliki anak-anak haram: Materialisme dan Hedonisme, yang merasa bahwa tolok ukur kebahagian di dunia diukur dengan materi, dan hidup harus dipuas-puaskan dengan kenikmatan dunia..
Anak kelima bernama Imperialisme
Pada masa dulu, imperialisme dilakukan secara militer, tetapi sekarang lebih kuat karena dibentengi hutang dan aturan dagang, mata uang internasional, hukum internasional, dsb.Imperialisme memiliki anak haram yaitu Globalisasi.
Lima anak ini kini telah merantau. Terkadang dua atau tiga bersaudara bertemu di suatu negeri, dan bahkan melakukan kawin sedarah (incest). Hasilnya tentu berbeda dengan yang hanya di kandang sendiri…
Merasa kenal?
0 ulasan:
Catat Ulasan